Sabtu, 08 Oktober 2011

GAMBAR IBU TERESA

GAMBAR :




















SANTA HELENA


Santa Helena:
Ratu yang Merakyat







  Helena berasal dari Drepanum, dekat Izmit, Turki. Ia lahir pada tahun 250 dan wafat pada tahun 330. Sumber lain mengatakan, Helena lahir di Bitynia, Asia Kecil. Menurut sejarawan besar Gereja awali Eusebius, Helena dibaptis pada usia 63 tahun.


Eusebius menggambarkan Helena sebagai pribadi yang penuh cinta dan belas kasih. Ia memberi sedekah kepada mereka yang telanjang, miskin, dan malang. Ia menyumbangkan uang dan pakaian bagi yang membutuhkan. Ia membebaskan orang dari penjara, penindasan, dan perbudakan.


Eusebius juga menggambarkan Helena sebagai pribadi yang saleh. Meski seorang ratu, ia tetap sederhana dan bisa berbaur dengan khalayak ramai. Ia memberi kesaksian konkret atas imannya dengan rangkaian rutin perbuatan-perbuatan salehnya. Ia menjadi teladan bagi para pemimpin yang merakyat.


Helena adalah sosok wanita yang suka beribadah dan bersedekah. Selain aktif berziarah dan mendirikan gereja, Helena banyak membantu orang miskin dan memberikan bantuan kepada para prajurit. Bahkan, ia sering menggunakan kekuasaannya untuk membebaskan para narapidana.

SANTO VINCENSIUS


Santo  Vincensius  Dari  Lerins  Dan  Tradisi Katolik





Sumber iman Katolik adalah Alkitab, Tradisi dan Magisterium. Sabda Allah dipercayakan Yesus kepada para rasul, melalui Tradisi disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, agar dalam pewartaan, mereka memelihara, menjelaskan dan menyebarkan iman yang sama dengan setia. Tradisi Suci bukan tradisi manusia yang hanya adat kebiasaan belaka, Untuk memahami Alkitab diperlukan terang Tradisi. Pemahaman diluar itu adalah pemahaman diluar konteks, karena Alkitab bagian dari Tradisi. Santo Paulus sendiri berpesan: "Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan. maupun secara tertulis" (2 Tes. 2: 15).

Gereja juga sudah ada sebelum keberadaan kitab-kitab Perjanjian Baru, sama seperti penulis Perjanjian Lama. Magisterium dibimbing Roh Kudus diberi kuasa menginterpretasikan Alkitab.Tidak percaya Magisterium berarti tidak percaya Alkitab yang disusun olehnya dan menolak memahaminya dari kacamata penyusunnya. Vincensius adalah imam dan rahib abad ke-5 di pertapaan Lerins, sebuah pulau tak jauh dari pantai selatan Perancis dekat Cannes. Tergerak oleh kesadaran bahwa iman yang benar penting bagi keselamatan manusia dan dengan sedih menyaksikan betapa gereja diracuni pelbagai ajaran-ajaran sesat seperti Nestorian dan Apollinaris ia menulis Commonitorium (Memoranda) tahun 434, 3 tahun setelah konsili Ephesus dibawah nama samaran Peregrinus. Didalamnya ia merumuskan prinsip prinsip dasar untuk mengenali dan mematahkan ajaran-ajaran sesat dengan menegaskan bahwa iman Katolik harus merupakan pokok iman yang diyakini dimana-mana, selalu, dan oleh semua orang beriman (quod ubique, quod semper, quod ab omnibus creditum est) dan Kitab Suci harus ditafsirkan menurut Tradisi Gereja.



Pandangan yang lestari hingga masa kini ini antara lain berkat penerapan prinsip dalam karya Commonitorium St. Vincentius dari Lerins diatas. Kenyataan bahwa kaum sesat/bidaah ini melandaskannya pada Kitab Suci, tak menghindarkan mereka dari kesesatan, karena melawan tradisi mereka mengabaikan voluntas (intensi sejati) Sabda Allah seperti setan tatkala mencobai Yesus. Sekalipun Tradisi Gereja telah berlangsung lebih dari 4 abad, klarifikasi dasar-dasarnya baru dilakukan melalui Konsili Nicea (325), Konsili Konstantinopel (381) dan Konsili Ephesus (431).

Sikap Vincenstius terhadap tradisi bukan karena ia menolak kemajuan doktrin sesuai tuntutan jaman, melainkan karena "kemajuan" tak boleh menjurus pada perubahan iman. Seperti pohon atau tubuh, kemajuan berarti pertumbuhan, namun masih pokok pohon atau tubuh yang sama - pokok pohon dan tubuh mistik Kristus, tidak berubah menjadi yang lain. Di dalam Gereja, wahyu Allah di-nyatakan dalam Kitab Sucidan Tradisi Suci. Jika kita membaca Kitab Suci, terutama di dalam iman dan moral, kita wajib menempatkan pemahaman Magisterium Gereja dalam nama Yesus Kristus di atas pemahaman pribadi, karena kepada merekalah dipercayakan mengartikan Sabda dan Wahyu Allah secara otentik dari interpretasi yang salah. St. Vincensius meninggal semasa pemerintahan Theodosius II dan Valentinian III, sekitar tahun 445-450. Relikwinya masih berada di Lerins hingga kini. Ketiga tonggak kebenaran: Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium merupakan pemenuhan janji Allah untuk selalu mendampingi GerejaNya.sampai kepada seluruh kebenaran (Yoh 16: 12-13) yang senantiasa bertahan hingga akhir jaman.

IMAN

MENGELOLA IMAN
Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati." Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu. (Galatia 3:6-9).

Tiap manusia sudah pasti mempunyai iman untuk menjadi manusia seutuhnya, apalagi khususnya kita sebagai anak-anak Tuhan, anak RAJA pewaris Kerajaan Surga.  Itulah anugerah dan untuk mempertahankannya tentu tidak mudah, perlu perjuangan, pengorbanan, kerjakeras. Kita percaya kepada Tuhan harus, tetapi sebaliknya kita harus bisa dipercaya oleh Tuhan. Untuk dapat dipercaya oleh Tuhan tentu tidak mudah, iman adalah modal untuk pengembangan diri. Tetapi iman tanpa perbuatan dan tanpa kasih tidak ada gunanya. 

Mari kita bersama-sama mengelola iman kita : “sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, --yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota--menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.” (Efesus 4:13-16). 

Sehingga kita : “Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati." Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu.” (Galatia 3:6-9). “Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu”.  (Galatia 3:14)
Abraham Dipanggil Allah

Kejadian 12:1-3
Firman Allah tersebut di atas merupakan contoh bagaimana Abraham berkenan kepada Allah. Tetapi bilamana Abraham tidak melakukan perintah Allah, dapatkan Abraham menerima BERKAT yang telah dijanjikan itu? Abraham melakukan perintah Allah hanya berdasarkan IMAN, karena Abraham belum tahu/belum melihat ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Abraham melakukan dengan segenap hati, tidak ragu-ragu, dengan membawa serta keluarganya. Jalan yang dilaluinyapun masih mencari , menurut petunjuk Allah. Abraham berusia 75 tahun, ia melakukan perintah Allah bukan hanya untuk kepentingannya sendiri dan keluarganya. Akan tetapi lebih dari itu, untuk keturunannya dan seluruh bangsa di dunia.

Kita adalah orang-orang masa kini yang hidup dijaman teknologi serba canggih, yang mana semua serba instant dengan berbagai alat komunikasi, transportasi, barang-barang elektronik yang serba canggih. Namun demikian kita masoih bisa mencontoh iman dari Bapa Abraham. Bapa Abraham telah mengelola imannya dengan baik dan benar dan ia diberkati oleh Tuhan.

Kita adalah milik Kristus, maka kita adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah. (Galatia 3:16). Oleh sebab itu sudahkah kita melakukan sesuatu yang berkenan kepada Allah, supaya berkat-berkat dan janji Allah sampai kepada kita?  Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.  (Galatia 3:14). Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus (Galatia 3:26).

Kita harus senantiasa dipenuhi dengan Roh Kudus, sehingga kita dapat menghasilkan buah Roh (Galatia 5:22-23),  supaya  hidup kita menjadi berkat, bukan hanya dinikmati  pribadi  dan keluarga, tetapi dapat menjadi berkat bagi banyak orang dan keturunan kita di masa mendatang.

Pengertian mengelola iman secara harafiah adalah bahwa kita tidak cukup hanya menrima Firman Tuhan semingggu sekali di gereja,  Kita harus membaca Firman Tuhan setiap hari sebagai bentuk komunikasi antara anak dan Bapak. Karena iman timbul dari mendengar firman Kristus. Sehingga hidup kita selalu sesuai dengan Firman Allah.

Tips untukmengelola iman yang baik dan benar adalah :
Berani melangkah untuk melakukan Firman Allah.
Berani berlaku jujur
Berani mengakui kesalahan, merubahnya dan tidak mengulangi lagi.
Berani hidup hemat
Berani merubah pola hidup untuk sehat
Berani menerima pendapat orang lain
Berani dikoreksi
Berani bertanggungjawab atas semua tindakan yang telah dilakukan
Berani menolong orang lain tanpa pamrih
Berani melayani pekerjaan Tuhan
Berani bersaksi atas kasih karunia Tuhan yang pernah dialami.
Berani mendoakan orang lain dengan tulus.
Kelola iman anda dengan baik, maka berkat jasmani dan rohani akan melimpah, sehingga anda bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Mintalah untuk dipenuhi Roh Kudus senantiasa, maka hidup anda akan penuh sukacita, penuh semangat, rajin dan tidak ada kemalasan, mengalami kesembuhan dan dipenuhi hikmat Tuhan.
Ambil keputusan untuk segera melakukannya. Tuhan Yesus Memberkati.




Bunda Teresa

Bunda Teresa dari Calcuta (lahir di Üsküb,Kerajaan Ottoman, 27 Agustus 1910 – meninggal di Calcuta,India, 5 September 1997 pada umur 87 tahun) adalah seorang biarawati Katolik terkenal dan kontroversial di dunia Internasional yang pekerjaannya di antara orang miskin Kolkata diberitakan secara luas.
Dia diberikan Penghargaan Templeton pada 1973, Penghargaan Perdamaian Nobel pada 1979 dan penghargaan tertinggi warga sipil India, Bharat Ratna pada 1980. Dia dijadikan Warga Negara Kehormatan Amerika Serikat pada 1996 (satu di antara enam). Dia diberkati oleh Paus Yohanes Paulus II pada Oktober 2003, dan oleh karena itu dia dapat dipanggil Teresa Terberkati.

 

Awal hidup dan karier

Teresa dilahirkan sebagai Agnes Gonxha Bojaxhiu di Üskübdi negara yang sekarang bernama Republik Kosovo. . Ayahnya adalah seorang pedagang sukses. Orang tuanya memiliki tiga anak, dan Agnes merupakan yang termuda. Orang tuanya Nikollë (Kolë) and Dranafile Bojaxhiu, berasal dari kota Prizren di selatan Kosovo. Mereka menganut Katolik, meskipun kebanyakan orang Albania adalah Muslim dan mayoritas populasi di Makedonia adalah Ortodoks Makedonia
Sangat sedikit diketahui tentang awal hidupnya kecuali dari tulisannya sendiri. Dia mengingat bahwa dia merasa panggilan untuk menolong si miskin dari umur 12, dan mengambil keputusan untuk melatih dirinya dalam kerja misi di India. Dia adalah anggota dari mudika di paroki setempat disebut Sodality. Pada umur 18, Vatikan mengizinkan Teresa untuk meninggalkan Skopje dan bergabung dengan Kesusteran Loreto, sebuah komunitas biarawati Irlandia di Rathfarnham dengan sebuah misi di Kolkata.
Dia memilih Kesusteran Loreto karena panggilan mereka adalah untuk menyediakan pendidikan bagi anak perempuan. Setelah beberapa bulan pelatihan di Institut "Blessed Virgin Mary" di Dublin dia dikirim ke Darjeeling di India sebagai suster novisiat. Pada 1931 dia melakukan kaulnya yang pertama di sana, memilih nama Suster Maria Teresa sebagai penghormatan kepada Teresa Avila dan Thérèse de Lisieux. Dia mengambil kaulnya yang terakhir pada Mei 1937, mendapatkan gelar keagamaan Bunda Teresa.
Dari 1930 sampai 1948 Bunda Teresa mengajar geografi dan katekisme di SMA St. Mary di Kolkata, menjadi kepala sekolah pada 1944. Dia kemudian mengatakan bahwa kemiskinan di sekitar meninggalkan kesan yang dalam dirinya. Pada September 1946, atas keinginan sendiri, dia menerima panggilan yang dalam dari Tuhan "untuk melayani Dia di antara termiskin dari yang miskin".
Pada 1948 dia menerima izin dari Paus Pius XII, melalui Uskup Agung Kolkata, untuk meninggalkan komunitasnya dan hidup sebagai suster merdeka. Dia keluar dari SMA tersebut dan setelah pendidikan pendek dengan "Medical Mission Sisters" di Patna, dia kembali ke Kolkata dan mendirikan tempat tinggal sementara dengan "Little Sisters of the Poor" di perkampungan Moti Jihl, Kalkuta. Dia kemudian memulai sekolah ruang terbuka untuk anak-anak tak memiliki rumah. Kemudian dia bergabung dengan sukarelawan penolong, dan dia menerima dukungan finansial dari organisasi gereja dan otoritas munisipal.
Pada Oktober 1950 Teresa menerima izin dari Vatikan untuk memulai ordonya sendiri. Vatikan awalnya menamakannya "Diocesan Congregation of the Calcutta Diocese", tapi kemudian berubah menjadi Missionaries of Charity, yang misinya adalah untuk memberikan perhatian untuk (dalam katanya sendiri) "si lapar, si telanjang, si gelandangan, si pincang, si buta, si lepra, dan semua orang yang merasa tak diinginkan, tak dicintai, tak diperhatikan dalam masyarakat, orang yang telah menjadi beban bagi masyarakat dan ditolak oleh siapa pun."
Dengan bantuan dari pejabat India dia mengubah sebuah kuil Hindu yang telah ditinggalkan menjadi Kalighat Home for the Dying, sebuah 'rumah sakit kecil' ("hospis") bagi si miskin. Tidak lama setelah dia membuka hospice lainnya, Nirmal Hriday (Hati Murni), sebuah rumah lepra disebut Shanti Nagar (Kota Kedamaian), dan sebuah panti asuhan, dan pada 1960-an telah membuka banyak hospis, panti asuhan, dan rumah lepra di banyak tempat di India.
Pada 1965 dengan memberikan Decree of Praise, Paus Paulus VI mengizinkan permintaan Bunda Teresa untuk mengembangkan ordonya ke negara lain. Ordo Teresa mulai tumbuh cepat, dengan rumah-rumah baru dibuka di banyak tempat di dunia. Rumah pertama ordo ini di luar India didirikan di Venezuela, dan kemudian diikuti di Roma dan Tanzania, dan kemudian di banyak negara di Asia, Afrika, dan Eropa, termasuk Albania. Sebagai tambahan, rumah Missionaries of Charity pertama di Amerika Serikat didirikan di Bronx Selatan, New York.
 
 Kata kebajikan yang dikenang Bunda Teresa:
Tuhan tidak menuntut kita untuk Sukses, Dia hanya mengharuskan kita Berusaha.